Alur Pelayaran Kapal: Konsep Versi Sislognas Dan Pendulum Nusantara

66
1780

(maritimedia.com) – JAKARTA – Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi mengatakan berdasarkan hasil kajian lembaganya, konsep alur pelayaran versi sistem logistik nasional (sislognas) memiliki beberapa kelemahan mendasar dibandingkan dengan konsep pendulum nusantara atau sering diistilahkan sebagai tol laut.


“kedua konsep tersebut perlu dikaji dari berbagai aspek secara komprehensif, terutama dari aspek kelayakan investasi, teknis, operasional, ataupun dampaknya terhadap efisiensi logistik nasional, “ ujarnya.


Menurutnya, dalam konsep logistik maritim (sislognas), pengembangan sistem logistik nasional berlandaskan pada prinsip wilayah depan dan wilayah dalam. Menurut konsep ini, pengembangan konektifitas lokal dan konektifitas global mempertimbangkan kedaulatan dan ketahanan ekonomi nasional.


Penerapan konsep logistik maritim, dilakukan dengan pengembangan dua hub Internasional, yaitu Pelabuhan Kuala Tanjung dan Pelabuhan Bitung. Pelabuhan hub internasional tersebut didorong menjadi logistic port.


Selain itu, dilakukan penerapan konsep Short Sea Shipping (SSS) melalui pengembangan pelabuhan-pelabuhan di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua, serta pengembangan logistic support di wilayah laut dalam.


Adapun, konsep tol laut atau pendulum nusantara merupakan sebuah sistem rute pelayaran sepanjang jalur barat-timur Indonesia yang beroperasi seperti pendulum. Rute tersebut akan melewati enam pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Belawan, Batam, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Sorong.


“Melalui manajemen yang terintegrasi, kapal-kapal besar setiap harinya akan beroperasi di enam pelabuhan besar tersebut di sepanjang Indonesia dalam waktu yang telah di jadwalkan, “ tambahnya.


Hasil kajian Supply Chain Indonesia (SCI) menunjukkan beberapa kelemahan penggunaan konsep logistik maritim. Dengan membuka pintu ekspor dan impor hanya di dua pelabuhan hub internasional, maka terjadi proses handling yang lebih banyak dan arus barang menjadi lebih lama. Hal ini berpotensi menaikkan biaya transportasi dan logistik nasional.


Hasil kajian SCI juga menunjukkan beberapa keunggulan konsep tol laut atau pendulum. Konsep ini, dapat mengatasi persoalan utama transportasi laut berkaitan dengan ketidakseimbangan volume pengangkutan barang antara kawasan barat dan timur Indonesia.


Konsep ini, menurutnya, menjadi solusi yang efektif dalam mencegah berlayarnya kapal berkapasitas kosong dari satu tempat ke tempat lain dan di diharapkan dapat mewujudkan sistem distribusi barang yang efisien serta terintegrasi.


“ Dengan menggunakan kapal berkapasitas minimum 3.000 TEUs, maka pengangkutan barang akan menjadi efisien, sehingga dapat menurunkan biaya logistik, “ katanya.

Comments are closed.