JAKARTA : Implementasi kerjasama perdagangan bebas Asean—China (Asean China Free Trade Agreement/ACFTA) hanya menguntungkan perusahaan pelayaran asing, khususnya pelayaran berjadwal.
Buktinya hingga hampir 2 bulan sejak ACFTA dimulai, belum ada perusahaan pelayaran nasional berjadwal yang membuka trayek dari Indonesia ke China, sebaliknya arus kunjungan kapal asal China ke Indonesia justru meroket.
“Tidak mudah membuka trayek pelayaran berjadwal tetap dari Indonesia ke China,” kata Ketua Bidang Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Pusat Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Djoni Sutji kepada Bisnis.com, siang ini.
Dia memaparkan untuk bisa melayani angkutan kontainer dengan jadwal tetap per minggu ke sejumlah pelabuhan di selatan China, diperlukan sedikitnya empat unit kapal, sedangkan ke utara China paling tidak perlu empat unit kapal.
Menurut dia, pengadaan kapal kontainer sebanyak itu sulit dilakukan oleh pelayaran nasional karena kondisi perusahaan pelayaran berjadwal saat ini masih dibayangi oleh dampak krisis ekonomi global.
Kedatangan kapal pengangkut barang impor asal China di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta selama Januari tahun ini melonjak 63%. Tercatat sebanyak 31 kapal asal China bersandar di pelabuhan Tanjung Priok , naik secara signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 19 kapal.
Djoni yang juga Direktur PT Meratus Line menjelaskan potensi pangsa muatan laut Indonesia—China pasca ACFTA bisa digarap dengan cara konsorsium penyediaan kapal yang melibatkan sejumlah perusahaan pelayaran. (Bisnis.com)